Nias Selatan – Setelah kemarahan warga memuncak akibat padamnya listrik berkepanjangan di Kecamatan Gomo dan Idanotae, pihak PT PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan (ULP) Nias Selatan akhirnya angkat bicara.
Manajer ULP PLN Nias Selatan, Mukhlis Suhada, mengungkap bahwa penyebab utama padamnya listrik di wilayah tersebut adalah kendala perintisan jaringan yang diperparah oleh penolakan warga saat proses penebangan pohon yang menyentuh kabel listrik.
"Petugas kami di lapangan mengalami hambatan saat melakukan perintisan jaringan. Banyak warga yang menolak pohonnya ditebang, padahal sudah menyentuh kabel dan membahayakan jaringan," jelas Mukhlis kepada wartawan, Senin (4/8/2025).
Perintisan jaringan listrik di wilayah Gomo dan Idanotae semestinya menjadi solusi jangka panjang atas suplai listrik yang tidak stabil. Namun, banyak warga enggan mengizinkan pepohonan miliknya dirapikan atau ditebang, meski sudah menjentok kabel tegangan menengah.
Menurut Mukhlis, hal inilah yang menjadi biang keladi seringnya pemadaman mendadak, bahkan hingga menyebabkan gangguan pada peralatan rumah tangga warga.
"Kami mohon pengertian masyarakat. Tanpa akses untuk perintisan, mustahil jaringan bisa optimal," tegasnya.
Menanggapi keresahan masyarakat, Mukhlis menyampaikan permohonan maaf atas pelayanan yang dirasakan belum maksimal. Ia berjanji bahwa pihaknya akan bekerja ekstra selama bulan Agustus ini untuk menurunkan frekuensi padam, terutama di wilayah Gomo, Idanotae, dan sekitarnya.
"Kami berkomitmen memperbaiki layanan. Tim teknis kami terus bekerja siang malam agar jaringan lebih andal," ungkap Mukhlis.
Ia juga kembali menghimbau warga agar memberikan akses dan kerja sama kepada petugas lapangan saat proses pembersihan jaringan.
Sebelumnya, sejumlah warga dari Kecamatan Gomo dan Idanotae menyatakan kekesalan mereka terhadap PLN. Selain mengeluhkan padam listrik berhari-hari tanpa pemberitahuan, beberapa di antaranya juga mengalami kerusakan alat elektronik, termasuk kulkas, televisi, hingga kabel instalasi rumah akibat tegangan tidak stabil.
"Kami rugi, alat rumah rusak semua. PLN harus tanggung jawab, jangan diam! Kalau perlu, kami tuntut kompensasi," ujar sejumlah warga Gomo.
Sebagian warga bahkan menilai bahwa hak atas listrik yang stabil adalah bagian dari hak hidup layak, apalagi menjelang perayaan kemerdekaan 17 Agustus. (A1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar